A.
PENDAHULUAN
Di antara pendidikan yang paling
penting bagi setiap manusia ialah pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang melatih kepekaan (sensibility) para peserta didik sedemikian
rupa sehingga sikap hidup dan perilaku, juga keputusan dan pendekatannya kepada
semua jenis pengetahuan dikuasai oleh perasaan mendalam nilai-nilai etik dan
spiritual Islam. Mereka dilatih dan mentalnya didisiplinkan, sehingga mereka
mencari pengetahuan tidak sekadar untuk memuaskan keingin tahuan intelektual
atau hanya untuk keuntungan dunia material belaka, tetapi juga untuk
mengembangkan diri sebagai makhluk rasional dan saleh yang kelak dapat
memberikan kesejahteraan fisik, moral dan spiritual bagi keluarga, masyarakat
dan umat manusia.
Dalam pendidikan islam yang
memerlukan sistematisasi yang bagus harus menggunakan konsep kurikulum yang
matang untuk merencanakan dan mempersiapkan pengajaran pendidikan agama islam. Kurikulum Pendidikan
Islam merupakan konsep kurikulum yang mempunyai dasar dan landasan filosofis
sesuai dengan agama islam. kurikulum pendidikan islam pada hakekatnya hampir
sama dengan kurikulum pada umumnya cuma dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam,
tentunya mempunyai landasan yang lebih religius, yaitu berdasarkan Islam.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan
mengenai kurikulum yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan
Islam yang dimaksudkan di sini tidak terbatas mempelajari mata pelajaran
pengetahuan agama Islam saja sebagaimana kefahaman kebanyakkan masyarakat.
Tetapi pendidikan Islam itu sebenarnya mempunyai jangkauan yang lebih luas
meliputi semua cabang ilmu pengetahuan yang dibenarkan oleh agama Islam.
Kurikulum merupakan salah satu
komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu
kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Secara umum tujuan dari pendidikan
islam adalah mencetak generasi penerus yang memiliki kemanpuan yang kafah yang
mengejawantahkan nilai-nilai keislaman dengan tujuan akhir memperoleh
kebahagian di dunia dan di akhirat.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan
Islam yang diharapkan sudah barang tentu kurikulum yang diformulasikannyapun
harus mangacu pada dasar pemikiran yang islami pula, serta dari pandangan hidup
dan pandangan tentang manusia (pandangan antropologi) serta diarahkan pada
tujuan pendidikan yang dilandasi oleh kaidah-kaidah islami.
B.
Pengertian
Kurikulum Pendidikan Islam
Secara harfiah kurikulum berasal
dari bahasa latin, curriculum yang berarti bahan pengajaran. Ada juga
yang mengatakan bahwa kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang berarti pelari dan curere yang berarti tempat berpacu.
Adapun yang dimaksud dengan
kurikulum menurut konsepsi yang baru adalah sebagai berikut : “Kurikulum adalah
semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman belajar yang
diatur dengan sistematis metodis, yang diterima anak untuk mencapai suatu
tujuan”.
Secara tradisional kurikulum
diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Sedangkan definisi
kurikulum yang populer ialah segala pengalaman anak di sekolah di bawah
bimbingan sekolah. Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum
semua pengalaman belajar yang disediakan untuk sisiwa sekolah. Kurikulum
disusun oleh para pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik,
pejabat pendidikan, pengusaha serta masyarakat lainnya. Rencana ini disusun dengan
maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidika, dalam proses
pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa
sendir, keluarga, maupun masyarakat.
Kurikulum pendidikan Islam adalah
bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang
dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam
adalah semua aktivitasi, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan
secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan
pendidikan Islam.
Berdasarkan keterangan di atas, maka
kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agama berupa
alat untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama
(pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat perkembangan
kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.
Kurikulum dalam pendidikan Islam,
dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh
pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.
M. Arifin memandang kurikulum
sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan
dalam suatu sistem institusional pendidikan.
S. Nasution menyatakan, ada beberapa
penafsiran lain tentang kurikulum. Diantaranya: Pertama, kurikulum sebagai
produk (hasil pengembangan kurikulum), Kedua, kurikulum sebagai hal-hal yang
diharapkan akan dipelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan
Ketiga, kurikulum dipandang sebagai pengalaman siswa.
Pengertian kurikulum dalam pandangan
modern merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak
hanya sebatas bidang studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi
segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi
siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat
meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya di sekolah
tetapi juga di luar sekolah.
Jika diaplikasikan dalam kurikulum
pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh
pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan
Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam
hal ini proses pendidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan
secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada konseptualisasi manusia
paripurna (insan kamil) yang strateginya telah tersusun secara
sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam.
Kurikulum pendidikan Islam meliputi
tiga hal yaitu:
1.
Masalah
Keimanan (aqidah)
Bagian
aqidah menyentuh hal-hal yang bersifat kepercayaan. Termasuk mengenai iman
setiap manusia dengan Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Qiamat
dan Qada dan Qadar Allah swt. Masalah keimanan mendapat prioritas pertama dalam
penyusunan kurikulum karena pokok ajaran inilah yang pertam perlu ditanamkan
pada anak didik.
2.
Masalah
Keislaman (syariah)
Bagian
syariah meliputi segala hal yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan peraturan hukum Allah dalam
mengatur hubungan manusia dengan Allah dan antara sesama manusia. Aspek
pergaulan hidup manusia dengan sesamanya sebagai pokok ajaran Islam Yang
penting ditempatkan pada prioritas kedua dalam urutan kurikulum ini.
3.
Masalah
Ihsan (akhlak).
Bagian
akhlak merupakan suatu amalan yang bersifat melengkapkan kedua perkara di atas
(keimanan dan keislaman) dan mengajar serta mendidik manusia mengenai cara
pergaulan dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal yang perlu didahulukan dalam
kurikulum pendidikan Islam yang pertama ialah al-Quran dan Hadis. Kedua ialah
bidang ilmu yang meliputi kajian tentang manusia sebagai individu dan juga
sebagai anggota masyarakat. Menurut istilah moden bidang ini dikenali sebagai
kemanusiaan (al-ulum al-insaniyyah). Bidang-bidangnya termasuklah
psikologi, sosiologi, sejarah, ekonomi dan lain-lain. Ketiga bidang ilmu
mengenai alam atau sains natural ( al-ulum al-Kauniyyah), yang meliputi
bidang-bidang seperti astronomi, biologi dan lain-lain.
Sedangkan mengenai sistem pengajaran
dan teknik penyampaian adalah terserah kepada kebijakan guru melalui
pengalamannya dengan cara memperhatikan bahan yang tersedia, waktu serta jadual
yang sudah ditetapkan oleh pihak tertentu (sekolah masing-masing).
Kurikulum suatu sekolah mangandung
tiga komponen, yaitu tujuan, isi, dan organisasi/strategi.
1. Tujuan Kurikulum
Kurikulum merupakan suautu program
untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, dalam
kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan-tujuan pendidikan yang ingin
dicapai melalui sekolah yang bersangkutan. Ada jenis tujuan yang terkandung di
dalam kurikulum suatu sekolah.
a. Tujuan yang ingin dicapai sekolah
secara keseluruhan
Tujuan ini biasanya digambarkan
dalam bentuk pengetahuan, keterampilann dan sikap yang diharapkan dapat
dimiliki murid-siswa setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan
dari sekolah tersebut.
b. Tujuan yang ingin dicapapi dalam
setiap bidang studi
Tujuan ini biasanya digambarkan
dalam bentuk pengetahuan, keterampilann dan sikap yang diharapkan dapat
dimiliki murid-siswa setelah mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah
tertentu.
2. Isi Kurikulum
Isi program kurikulum dari suatu
sekolah dapat dibedakan atas dua hal, yaitu:
a. Jenis-jenis bidang studi yang
diajarkan
Jenis-jenis tersebut dapat
digolongkan ke dalam isi kurikulum dan ditetapkan atas dasar tujuan yang ingin
dicapai oleh sekolah yang bersangkutan, yaitu tujuan institusional
b. Isi program setiap bidang studi
Bahan pengajaran dari setiap bidang
studi termasuk ke dalam pengertian isi kurikulum, yang biasanya diuraikan dalam
bentuk pokok bahasan (topik) yang dilengkapi dengan sup pokok bahasan
Bahan pengajaran ini ditetapkan atas
dasar tujuan-tujuan kulikuler dan tujuan instruksional
3. Organisasi/Strategi
Struktur (susunan) program suatu
kurikulum mengenal apa yang disebut Stuktur horizontal dan struktur vertikal.
Struktur horizontal suatu kurikulum berkenaan dengan apakah kurikulum itu
diorganisasikan dalam bentuk :
a. Mata-mata pelajaran secara
terpisah (separate subject)
b. Kelompok-kelompok suatu pelajaran
yang disebut dengan bidang study (broadfields)
c. Kesatuan program tanpa mengenal
mata pelajaran maupun bidang study (integrated program).
Selanjutnya, dalam struktur
horizontal ini tercakup pula jenis-jenis program, yang dikembangkan dalam
kurikulum tersebut. Sedangkan struktur vertikal suatu kuirikulum berkeanaan
apakah kurikulum tersebut dilaksanakan melalui :
a. Sistem kelas, di mana kenaikan
kelas diadakan di setiap tahun secara serempak; atau
b. Sistem tanpa kelas, di mana
perpindahan dari suatu tingkat program ke tingkat program yang berikutnya dapat
dilakukan pada setiap waktu tanpa menunggu teman-teman yang lain; atau
c. Kombinasi antara sistem kelas dan
tanpa kelas
Selanjutnya, dalam struktur program
ini tercakup pula sistem unit waktu yang digunakan, misalnya apakah sistem
semester ataukah catur wulan. Akhirnya, struktur program ini menyangkut pula
masalah penjadwalan dan pembagian waktu untuk masing-masing bidang study atau
isi kurikulum pada setiap tingkat atau kelas.
Strategi pelaksanaan suatu kurikulum
tergambar dari cara yng ditempuh dalam melaksanakan pemgajaran, cara di dalam
mengadakan penilaian, cara di dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan
cara di dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruan.
C.
Ciri-ciri
Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum merupakan salah satu
komponen penting dalam pendidikan nasional. Kurikulum berfungsi sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai kemampuan dan hasil belajar serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum
dalam pendidikan islam sendiri, memilki corak yang berbeda yang membedakannya
dengan kurikulum pendidikan yang lain menjadi cirinya sendiri.
Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan
Islam adalah sebagai berikut :
1.
Agama
dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan di amalkan harus
berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama.
2.
Mempertahankan
pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi siswa dari segi
intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
3.
Adanya
keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan
pengajaran.
Oleh karena itu dapat dikatakan,
bahwa sebagai inti dari ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum
yang dapat memotivasi siswa untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik
terhadap Tuhan, terhadap diri dan lingkungan sekitarnya.
Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam
Menurut al-Shaibani sebagaimana yang dikutip oleh Anin Nurhayati, dalam bukunya
“Kurikulum Inovasi , dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kurikulum pendidikan islam harus mewujudkan tujuan
pendidikannya, materi pelajarannya.
Untuk pelajaran agama dan akhlak harus diambil dari al-qur’an dan Hadist
serta contoh-contoh suri tauladan dari
tokoh-tokoh terdahulu yang baik.
2. Kurikulum pendidikan islam sangat memperhatikan pengembangan
menyeluruh tentang aspek pribadi siswa, yaitu dari itelektual, psikologis,
sosila dan spitritual. Untuk pengembangan menyeluruh ini, kurikulum harus
degnan tujuan pembinaan pada setiap aspek tersebut. Untuk para peserta didik
harus diajarkan berbagai ilmu pengetahua.
3. Kurikulum pendidikan islam harus memperhatikan keseimbangan
antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani
manusia. Keseimbangan itu tentunya bersifat relatif karena tidak dapat di ukur
secara obyektif
4. Kurikulum pndidikan islam juga memperhatikan seni halus, yaiut
seni ukir, pahat, tulis indah, gambar dan sejenisnya. Selain itu harua
memperharikan pendidikan jasmani, lahtihan militer, teknik ketrampilan, latihan
kejuruan, pertukangan dan bahaa asing. Semuanya berdasarkan bakat dan minat.
5. Kurikulum islam juga memperhatikan perbedaan-perbedaan
kebudayaan di tengah masyarakat, bail itu kaitannya degnan kebutuhan dan
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, keluwesan, seta emneria perkembangan
dan perubahan. Kurikulum pendidikan
islam juga memiliki keserasian dengan kdsesuaian perubahan zaman.
D.
Prinsip-prinsip
Kurikulum Pendidikan Islam
Dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam antara lain adalah:
1.
Dasar Agama
Kurikulum diharapkan dapat menolong siswa untuk membina iman yang kuat,
teguh terhadap ajaran agama, beraklak mulia dan melengkapinya dengan ilmu yang
bermanfaat di dunia dan akhirat.
2.
Dasar Falsafah
Pendidikan Islam harus berdasarkan wahyu Tuhan dan tuntutan Nabi SAW serta
warisan para ulama.
3.
Dasar Psikologis
Kurikulum tersebut harus sejalan dengan ciri perkembangan siswa, tahap
kematangan dan semua segi perkembangannya.
4.
Dasar Sosial
Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarakatan terhadap
siswa, penyesuaian mereka dengan lingkungannya, pengetahuan dan kemahiran
mereka dalam membina umat dan bangsanya.
Tentang prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar penyusunan kurikulum
pendidikan Islam, diantaranya:
1. Prinsip
relevansi adalah adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup murid,
relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan datang, dan relevansi dengan
tuntutan pekerjaan.
2. Prinsip
efektifitas adalah agar kurikulum dapat menunjang efektifitas guru yang
mengajar dan peserta didik yang belajar.
3. Prinsip
efisiensi adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan
sumber lain secara cermat, tepat, memadai dan dapat memenuhi harapan.
4. Prinsip
kesinambungan adalah saling hubungan dan jalin menjalin antara berbagai tingkat
dan jenis program pendidikan.
5. Prinsip
fleksibilitas artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan
di dalam bertindak yang meliputi fleksibilitas dalam memilih program
pendidikan, mengembangkan program pengajaran, serta tahap-tahap pengembangan
kurikulum.
6. Prinsip
integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang
terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara kandungan
kurikulum dengan kebutuhan murid dan masyarakat.
Dalam perkembangannya kurikulum
pendidikan Islam juga harus menyesuaikan prinsip-prinsip kurikulum secara umum,
sebagai berikut:
1.
Berpusat
pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya
Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2.
Menyeluruh
dan berkesinambungan
Kesinambungan
disini dimaksudkan adalah saling hubungan atau jalin menjalin antara berbagai
tingkat dan jenis program pendidikan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan
dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
3.
Tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum
disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik sehingga terjadi interaktif
anatara pengajaran denagan daya berpikir anak. Kurikulum dikembangkan atas dasar
kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis,
dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
4.
Relevan
dengan kebutuhan kehidupan
Prinsip
relevensi adalah kesesuaian, keserasian pendidikam dengan tuntutan masyarakat. Pengembangan
kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5.
Beragam
dan terpadu
Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan suku,
budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
6.
Belajar
sepanjang hayat
Kurikulum
diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah
pengembangan manusia seutuhnya. Sekolah tidak saja memberi pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan pada saat peserta didik tamat dari sekolah namun
juga memberikan bekal kemampuan untuk dapat menumbuh kembangkan dirinya di luar
sekolah dan berjalan terus menerus sepanjang hayat.
7.
Seimbang
antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia
E.
Kesimpulan
Kurikulum pendidikan Islam adalah
bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang
dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan Islam meliputi tiga hal yaitu:
masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman (syariah),masalah
ihsan (akhlak).
Kurikulum sebagai rancangan
pendidikan, mempunyai kedudukan sentral, menentukan kegiatan dan hasil
pendidikan. Penyusunannya memerlukan fondasi yang kuat, didasarkan atas hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kurikulum yang lemah akan mengahasilkan
manusia yang lemah pula.
Dalam pembuatan kurikulum ada
bebrapa prinsip yang harus dipertimbangkan yaitu: Prinsip fleksibilitas
Program, prinsip berorientasi pada tujuan, prinsip efisien dan efektivitas, prinsip
kontinuitas, prinsip relevansi dan prinsip kesinambungan
Ada bebrapa ciri yang membedakan
kurikulum pendidikan islam denagn kurikulum pendidikan yang lain yaitu: 1. Menonjolkan
tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan, kandungan, metode, alat dan tekniknya
bercorak agama, 2. Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu
kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran yang menyeluruh,3.
Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung didalam kurikulum yang
digunakan, 4. Bersikap meyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang
diperlukan anak didik.
Daftar Pustaka
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet I
Arifin, HM, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta,
Bumi Aksara, 1991.
Basri, Hasan, Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung, Pustaka Setia, 2009.
Daradjat, Zakiyah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta,
Bumi Aksara, 1996.
Darajat Zakiah, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Jakarta, Bumi Aksara, 1996.
Faudiddin, dkk, Pengembangan dan Inofasi Kurikulum,
Jakarta, Dirjen Binbaga Islam, 1994.
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikakn
Islam Konsep Dan Perkembangan Pemikirannya, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
1999.
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta,
Dirjen Binbaga Islam Depag RI,1995.
Nasution, S., Asas-asas Kurikulum, Jakarta,
Bumi Aksara,1994.
Nizar, Samsul, Penghantar Dasar-Dasar Pemikiran
Pendidikan Islam, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2001.
Nahlawi (al), Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan
Metode Pendidikan Islam, Bandung: Darul Fikr Pustaka, 1989.
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta, Gaya Media Pratama, 2005.
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam, 1983.
Ramayulis, H., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta,
Kalam Mulia, 2006.
Syaibany (al), Omar Mohammad Al-Toumy, Falsafah
Pendidikan Islam, (Terj.Hassan Langgulung), Jakarta, Bulan Bintang, 1984.
Sukmadinata, Nana Syaudih, Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktek, Bandung, Rosdakarya, 2007.
Subandijah, Pengembangan Kurikulumdan Inovasi
Kurikulum, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1992.
Shaleh, Abdul Rachman, Madrasah Dan Pendidikan Anak
Bangsa, Jakarta Rajagrafindo Persada, 2006.
makalah di sampaikan oleh penulis pada kuliah pascasarjana IAIN Sunan Ampel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar